Rabu, 11 Agustus 2021

cerita panas 18+

 Becinta Dengan Teman Kampus Cantik Di Kontrakan ku


Pertandingan Liga Italia memang berbeda dengan Liga Inggris. Permainan yang lebih lambat kadang membuat penonton bosan dan ujung-ujungnya ngantuk. Setengah jam berlalu belum ada peluang emas di pertandingan namun aku mendapatkan peluang emas itu. Dina menyandarkan kepalanya di pundakku. Baru kali ini dia bertingkah seperti itu. Aku memperhatikan wajahnya yang memang mulai mengantuk, matanya sayu. “Dina pindah kamar gih, tidur di dalam aja”, kataku sambil dengan sopan memegang tangannya. “Iya Fer. Pertandingannya beneran bikin ngantuk”, jawabnya. Tanganku tidak di tepis olehnya. Dina beranjak dari duduknya dengan tetap memegang tanganku. “Temenin yuk Fer”, pintanya, sedikit memaksa. “Eh,..seriusan? Gak pa-pa?”, aku tidak percaya. Dina menarikku menuju kamarku sendiri. Lantas dia merebahkan tubuhnya di sisi kasur yang dekat tembok. Aku yang masih tidak percaya hanya berdiri. Masih ada sisi luar kasur yang bisa aku pakai. Namun aku tidak berani mengambil inisiatif dengan langsung merebahkan badanku di situ. “Ferry sini aja”, kata Dina sambil menepuk kasur, menunjukkan kalau aku boleh tidur di situ juga. Dina sepertinya paham kalau aku merasa tidak enak sekamar dengan dia walaupun sebenarnya ini adalah kamarku sendiri.

“Kamu kenapa? Takut?”, tanyaku sambil menatap langit-langit kamar. Dina hanya menggangguk dan kemudian terus menatapku yang tidur di kirinya. “Fer…”, panggil Dina. Mata kita langsung saling berpandangan. Dina mendekatkan kepalanya kemudian bibirnya menyentuh bibirku. Ciuman itu terasa hangat dan lembab.
“Kenapa Din?”, aku sebenarnya agak kaget dan langsung bertanya ketika mulut kita berhenti berciuman.
“Efek nonton film tadi Fer, pas adegan romantisnya jadi pengen”, jawab Dina sambil merapatkan badannya. Aku tersenyum mendengar itu.
“Efek kelamaan jomblo juga yah?”, sindirku.
“Ihhh…Ferryyy…”, Dina memukul tanganku. Kemudian aku mencium bibirnya. Kali ini tidak seperti yang tadi, lebih lama dan saling menyedot.

Aku mulai meraba dada Dina yang dari tadi udah menempel di lenganku. Masih terbungkus bra tapi sudah terasa empuk.
“Uuuhhh…”, suara itu keluar dari sela-sela mulut Dina. Dia juga tidak mau kalah meraba bagian selangkanganku. Kita udah sama-sama makin bernafsu. Kaos yang kita kenakan sudah tergeletak disamping kasur. Dina kemudian membuka bra nya sendiri.

“Woow…”, aku bergumam melihat payudara yang tergantung bebas didepan mata. Tanpa menunggu lama, aku meremas dengan lembut kedua payudara Dina yang memiliki putting mungil berwarna coklat itu.
“Aaaahhh…Feeerrr…”, Dina mendesah. Aku menjiliat puttingnya yang kanan sambil memintir puttingnya yang sebelah kiri.
“Teruuus Feeerr…enaaaak…”, Dina mulai mendesah sambil mengacak-acak rambutku. Kemudian tangannya mencoba meraih penisku.
“Uuuhhh..enak Diiinn…”, lembut banget tangan Dina. Aku masih tetep meremas payudara Dina. Tapi setelah itu, aku mencoba membuka celana dalam Dina.
“Boleh dibuka Din?”.
Dina menghentikan kocokannya dan melihatku.
“Takut Fer…”,
“Kenapa? Kamu masih perawan?”, aku penasaran.
“Sebenernya dulu sering kayak gini sama pacar aku, cuma gak sampai dimasukin. Biasanya digesek-gesekin aja, petting doang”, jelas Dina. Kemudian dia mencium pipiku. “Gak pa-pa kan Fer kalo cuma digesekin?”, tanya Dina. Bagai mendapat durian runtuh, aku tersenyum dan mengangguk. Dina lantas melepas sendiri celana dalamnya. Aku melihat bentuk vagina yang indah dengan rambut yang tidak begitu lebat. Bagian klitorisnya masih tertutup rapat.
“Dina 69 yuk”,
“Ayo aja…”.

Dina beranjak berdiri dan menindih badanku. Setelah mengatur posisi supaya nyaman, aku melenguh duluan. “Uuuuhhhhh… Dinaaaa…”, Dina sudah melahap penisku bagaikan es krim. Penisku terasa hangat di dalam mulutnya. Tangan kiri Dina juga mengocok penisku. Variasi blowjob yang dilakukan Dina membuatku sedikit lupa kalau di depan mukaku terdapat vaginanya. Tidak mau kalah, akhirnya aku mulai memainkan jari-jariku di vagina Dina. Kubuka bagian klitoris yang masih tertutup rapat dan ketika sudah terlihat daging kecil menonjol itu lantas ku elus pelan. “Aaahhhh…”, suara lenguhan Dina tiba-tiba terdengar. Tidak berhenti sampai di situ, aku mulai menjilati vaginanya. Desahan Dina makin menjadi-jadi. Selain menjilat terkadang aku menyedot dan memasukkan lidahku ke dalam vaginanya. Akhirnya vagina Dina semakin basah, tidak hanya karena ludahku tapi juga cairannya mulai keluar.>>>SELANJUTNYA<<<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Dewasa 18++

  Bercinta Dengan Pembantuku Yang Binal Suatu malam sepulang kerja, Atun seperti biasa membuka pintu dan setelah itu ia biasanya menyiapkan ...