Rabu, 18 Agustus 2021

Cerita Dewasa 18+

 Nikmat nya Goyangan Mama Muda Tetangga ku


“mbak, aku kenapa penasaran ya. Kamu kan sudah punya anak umur 3 tahun, tapi kok badan kamu masih aduhai banget ya, kayak anak umur 20-an gitu.” kata saya. “Yah, saya berusaha jaga badan aja Mas. Biar laki-laki yang ngeliat saya pada ngiler,” katanya sambil tersenyum. “Wah, kamu ini bisa saja, tapi memang iya sih ya, saya kok juga jadi mau ngiler nih.” 

“Nah kan, mulai macem-macem ya, nanti saya jewer lho..!” “Kalo saya macem-macem beneran, emangnya kamu mau jewer apa saya..?” tanya saya sambil terus melakukan penetrasi dari sayap kanan Susi.Merasa saya melakukan pendekatan, Susi kok ya mengerti. Sambil menghadap ke wajah saya, dia bilang, “Wah, kalo beneran, saya mau jewer ‘burungnya’-nya Mas Vito, biar putus sekalian.” “Memangnya kamu berani..?” tanya saya, “Dan lagi saya juga bisa mbales,”

 “Saya berani lho Mas..!” sambil beneran memegang ‘burung’ saya yang memang sudah minta dipegang, “Terus Mas Vito mbalesnya gimana..?” “Nanti saya remes-remes lho toketmu..!” jawab saya sambil beneran juga melakukan serangan pada bagian dada.

Karena merasa masing-masing sudah memegang ‘barang’, kami tidak bicara banyak lagi. Saya langsung mengulum bibir Susi yang memang lembut sekali dan basah serta penuh gairah. Dan tampaknya, Susi yang sudah setengah jalan, langsung memasukkan tangannya ke dalam celana saya, tepat memegang ‘burung’ saya yang maha besar itu (kata istri saya sih). “Mas Vito, Penis nya besar banget.” kata Susi sambil terengah-engah. “Sudah, nikmati aja. Kalo mau diisep juga boleh..!” kata saya.>>>SELANJUTNYA<<<


Minggu, 15 Agustus 2021

cerita panas 18+

 Meninkmati Rekan Kerja ku Yang Badan nya Aduhai Sekali



aku hanya sekedar mengagumi kecantikannya, karena dengan hidung yang bangir, bentuk bibir yang sensual, dihiasi lesung pipit di kedua pipinya, membuat semua yang ada didirinya terlihat sempurna. Hari demi hari kami terlihat semakin akrab, bahkan banyak teman-temanku yang menyangka kalau aku sedang PDKT dengannya..

Semua anggapan temanku, tidak terlalu aku pikirkan, karena aku merasa, Muti disini sedang belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh sekolahnya, dan sebagai seorang karyawan di PT. BT, aku hanya sekedar membimbing dan membantu, jika seandainya ada sesuatu hal yang dia belum mengerti. Hampir 2 minggu aku mengenalnya, ternyata sikap dan kelakuannya semakin membuat aku terpesona.

Ketika aku mendengar gurauan dari seorang temanku, yang mengatakan kalau dia berani memberi Rp. 500.000,- kepada Muti, jika Muti mau menemaninya selama 2 jam, perasaanku malah semakin care sama si Muti. Timbul perasaaan cemburu ketika mendengar gurauan itu. Namun aku tidak berani untuk mengungkapkannya, karena saat itu diantara aku dan Muti, tidak mempunyai hubungan yang terlalu istimewa. Akupun merasa wajar, jika temanku berkata demikian, karena dengan wajah secantik itu, jika memang Muti memanfaatkan tubuhnya, mungkin harganya bisa diatas Rp. 350.000, per 2 jam (harga tersebut diatas, adalah harga rata-rata seorang massage girl yang sudah dianggap cantik).

Suatu ketika, bersama seorang temannya yang bernama Emma, Muti menuju meja kerjaku, awalnya sih bertanya tentang sesuatu yang ada hubungannya dengan keperluannya, mungkin karena merasa sudah akrab, Muti juga bertanya tentang no. HP ku, alasannya sih biar gampang saja, kalau nanti dia mau nanya sesuatu. Sambil tetap memperhatikan monitor, aku menyebutkan satu persatu nomernya. Ketika mereka ikut memperhatikan cara kerjaku, tiba-tiba,

“buukkk..” tanpa sengaja, tangan Emma menyenggol buku yang aku simpan disisi meja.
Aku langsung mengambil bukunya dengan cara berjongkok. Alamak.. ketika berjongkok, tanpa sengaja sudut mataku melihat sesuatu yang sangat indah, 2 pasang paha mulus terpampang didepan wajahku.

Bukan hanya itu, karena posisi kaki Muti ketika duduk, agak mengangkang, maka ketika ku perhatikan, dipangkal pahanya terlihat pemandangan yang cukup menggelitik kelelakianku. Ku lihat dia memakai CD berwarna Pink, dengan hiasan renda di sisinya. Mungkin karena mereka terlalu fokus memperhatikan hasil pekerjaanku, mereka tidak menyadari (atau memang sengaja?) kalau di bawah meja, aku sedang menikmati apa yang seharusnya mereka tutupi.

Karena takut mengundang kecurigaan dari te Muti dan Emmaman sekerjaku, terpaksa aku kembali duduk dan menerangkan tentang cara kerja di PT. BT kepada Muti dan Emma. Namun kejadian yang baru saja aku alami, tetap mengganggu pikiranku. Mungkin karena aku tidak konsentrasi dengan apa yang sedang kami bicarakan, Muti bertanya.

“Pak, kok kadang-kadang ngejelasinnya tidak nyambung sih..”. Sebenarnya aku malu mendapat pernyataan seperti itu, namun karena merasa sudah akrab, aku berbisik kepada Muti dan menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Bukannya malu, Muti malah tersenyum mendengarnya.
“Kenapa tidak disentuh saja Pak, biar tidak penasaran”, goda Muti.

Emma yang tidak tahu apa-apa, hanya bengong mendengar pembicaraan kami. Sebagai seorang lelaki, mendengar penawaran Muti, aku malah berpikir yang tidak-tidak, dan membayangkan apa yang ada dibalik CD nya itu. Namun semuanya berusaha aku redam, karena walau bagaimanapun, di PT. BT ini, aku harus JAIM (Jaga Imej), agar aku tidak mendapatkan masalah. Bel istirahatpun berbunyi, dan kami langsung menuju kantin untuk makan siang.

Baru saja aku selesai makan, Muti mendekatiku dan berbisik

“besok Bapak saya tunggu di Hero sekitar jam 09.00 pagi, ada yang ingin saya bicarakan, saya tunggu didepan ATM”. Walau singkat, tapi tetap membuatku bertanya-tanya, sebenarnya apa-yang akan dibicarakan? Mengapa waktunya hari sabtu, padahal kan setiap hari sabtu PT. BT libur.

Mengapa dia berbisik sangat pelan kepadaku, apa takut terdengar yang lainnya?. Besoknya, dengan tetap berpakaian rapi (seperti jika mau berangkat kerja), aku mengeluarkan motorku dan beralasan lembur kepada kedua orang tuaku. Menunggu adalah hal yang sangat membosankan, karena sampai di Hero, jam baru menunjukkan angka 07.30, Setelah mencari sarapan, sambil ngerokok, aku iseng-iseng ikut ngantri ATM, padahal cuma mau liat saldo doang, karena uang yang ada di dompetku, masih ada sekitar Rp. 400.000,-. Dari jauh, aku sudah tahu kalau gadis yang menuju kearahku adalah si Muti, dan pagi ini, dia terlihat sangat sexy, karena Muti hanya mengenakan kaos dan celana jeans ketat.

“Udah lama ya Pak? Kan Muti janjinya jam 09.00, sekarang baru jam 08.45, Muti tidak salah khan?”,
“Jangan panggil aku Bapak dech Mut, aku kan belum nikah, dan ini bukan di kantor, panggil namaku saja dech, biar bisa lebih akrab”.
“Ok deh Pak, eh Fik”, sambil tersenyum Muti langsung menggandeng tanganku.
“Fik, enaknya kita ke mana yach”, tanya Muti.
“Terserah, emang mau ngomongin apaan, kayaknya pribadi banget”.
“Ngga juga, Muti seneng saja kalau deket ama Fik, kenapa ya?” “Mau tahu jawabannya”, candaku.
“Ngga usah Fik, Muti juga udah tahu, Muti rasa Muti menyukai Fik”, jawab Muti polos.

Tanpa disadari, mungkin karena saking senengnya, aku yang sejak awal memang mengagumi Muti, langsung memeluknya. Mendapat perlakuan begitu, Muti mencoba melepaskannya, dan mengingatkan, kalau kita masih ada dilokasi umum, tidak enak terlihat banyak orang. Akhirnya kami memutuskan mencari tempat yang cocok untuk berduaan. Tapi karena yang aku tahu cuma hotel tempat satu-satunya yang cocok untuk berduaan tanpa takut terlihat orang lain, walau terlihat agak ragu, Muti akhirnya menyanggupinya.

“Enak juga ya Fik, kita bisa ngobrol berduaan disini, tanpa takut akan terdengar atau terlihat oleh orang lain”. Muti langsung merebahkan badannya ke ranjang, dan mencari siaran TV yang khusus menyiarkan acara musik.

Kebetulan banget lagunya adalah lagu-lagu romantis, yang secara tidak langsung, ikut mempengaruhi suasana hati kami. Lewat aiphone, aku memesan makanan dan soft drink. Ketika aku menyalakan rokok, terdengar suara room boy mengetuk pintu dan mengantarkan pesananku. Aku mendekati Muti yang sedang rebahan, maksudnya sih mau nawarin makanan, tapi Muti langsung bangun dan bertanya.

“Fik, apakah Muti salah bila Muti mencintai Fik, Muti sebenernya malu mengakuinya, tapi bila tidak diungkapkan, Muti takut kalau Fik tidak mengetahui apa sebenernya yang Muti harapkan.

Maafin Muti yach, Muti udah ngerepotin Fik, padahal kan sekarang waktunya libur dan istirahat, tapi Muti malah meminta Fik menemui Muti”. Aku terharu juga mendengar kejujuran dan kepolosannya, akhirnya setelah mendengarkan semua tentang apa yang ada dihatinya, sambil membelai rambutnya (agar perasaannya menjadi lebih tenang), aku pun berusaha meyakinkannya, bahwa semua yang dialami, adalah wajar, jika seseorang mencintai lawan jenisnya, dan tidak ada yang namanya salah, jika sudah menyangkut perasaan hati.

Ketika dia menatapku dengan tatapan yang tajam, secara perlahan aku mencium keningnya. Tapi ternyata, yang kulakukan itu malah membuat Muti berani untuk membalas ciumanku. Dia langsung melumat bibirku, dan seperti seseorang yang tidak mau kehilangan sesuatu, dia memelukku dengan erat sekali. Sambil terus menikmati bibirku, tangannya terus mengelus dan mengusap seluruh bagian tubuhku. Mungkin beginilah cara dia mengungkapkan rasa sayangnya terhadap diriku. Tapi sekarang aku yang bingung, karena dengan melihatnya bentuk tubuhnya saja (waktu di kantor), bisa membuat aku “konak”, sekarang seluruh tubuhnya sudah melekat erat ditubuhku (walau masih memakai pakaian lengkap).

Kedua payudaranya terasa makin mengeras, akhirnya kuputuskan untuk menikmati keadaan ini, karena jujur saja, kadang-kadang, dulu akupun sering menghayalkan betapa nikmatnya jika bercumbu dengan si Muti, apalagi jika berjalan di belakangnya, goyangan pantatnya ngajakin kita jual tanah (maksudnya ntar duitnya buat ngebayarin pantatnya, he.. he.. he..). tanganku mulai berusaha membuka kaosnya, karena aku tidak mau pandanganku yang tertuju kepada kedua payudaranya, terhalang oleh kaos yang ia kenakan.

Pelan namun pasti, akhirnya bukan hanya kaosnya yang berhasil aku buka, BH nya pun sudah aku lepaskan. Sejenak aku terpana melihat keindahan bentuk payudaranya itu, namun hanya sebentar, karena aku ingin segera menikmati dan merasakan keindahan itu, kuremas kedua susunya, dengan mesra aku mulai menghisap putingnya yang sudah agak mengeras dan berwarna kecoklatan. Kucium dan kujilati bagian tubuhnya, mulai dari leher, terus bergerak turun dan menuju putingnya kembali.>>>HALAMAN 2<<<

Sabtu, 14 Agustus 2021

Cerita Dewasa 18+

Aku Bermain Dengan Pacar Kakak Ku Tersayang

Siang itu aku sendirian. Papa, Mama dan Mbak Sari mendadak ke Jakarta karena nenek sakit. Aku nggak bisa ikut karena ada kegiatan sekolah yang nggak bisa aku tinggalin. Daripada bengong sendirian aku iseng bersih-bersih rumah. Pas aku lagi bersihin kamar Mbak Sari aku nemu sekeping VCD. Ketika aku merhatiin sampulnya.. astaga!! ternyata gambarnya sepasang bule yang sedang berhubungan sex. Badanku gemetar, jantungku berdegup kencang. Pikiranku menerawang saat kira-kira 1 bulan yang lalu aku tanpa sengaja mengintip Mbak Sari dengan pacarnya berbuat seperti yang ada di sampul VCD tsb.

Sejak itu aku sering bermasturbasi membayangkan sedang bersetubuh. Tadinya aku bermaksud mengembalikan VCD tersebut ke tempatnya, tapi aah.. mumpung sendirian aku memutuskan untuk menonton film tersebut. Jujur aja aku baru sekali ini nonton blue film. Begitu aku nyalain di layar TV terpampang sepasang bule yang sedang saling mencumbu. Pertama mereka saling berciuman, kemudian satu persatu pakaian yang melekat mereka lepas. Si cowok mulai menciumi leher ceweknya, kemudian turun ke payudara. Si cewek tampak menggeliat menahan nafsu yang membara.

Sesaat kemudian si cowok mejilati vaginanya terutama di bagian klitorisnya. Si cewek merintih-rintih keenakan. Selanjutnya gantian si cewek yang mengulum penis si cowok yang sudah ereksi. Setelah beberapa saat sepertinya mereka tak tahan lagi, lalu si cowok memasukkan penisnya ke vagina cewek bule tadi dan langsung disodok-sodokin dengan gencar. Sejurus kemudian mereka berdua orgasme. Si cowok langsung mencabut rudalnya dari vagina kemudian mengocoknya di depan wajah ceweknya sampai keluar spermanya yang banyak banget, si cewek tampak menyambutnya dengan penuh gairah.

Aku sendiri selama menonton tanpa sadar bajuku sudah nggak karuan. Kaos aku angkat sampai diatas tetek, kemudian braku yang kebetulan pengaitnya di depan aku lepas. Kuelus-elus sendiri tetekku sambil sesekali kuremas, uhh.. enak banget. Apalagi kalo kena putingnya woww!! Celana pendekku aku pelorotin sampe dengkul, lalu tanganku masuk ke balik celana dalam dan langsung menggosok-gosok klitorisku. Sensasinya luar biasa!! Makin lama aku semakin gencar melakukan masturbasi, rintihanku semakin keras. Tanganku semakin cepat menggosok klitoris sementara yang satunya sibuk emremas-remas toketku sendiri. Dan, “Oohh.. oohh..” Aku mencapai orgasme yang luar biasa. Aku tergeletak lemas di karpet.

Tiba-tiba, bel pintu berbunyi. Tentu saja aku gelagapan benerin pakaianku yang terbuka disana-sini. Abis itu aku matiin VCD player tanpa ngeluarin discnya. “Gawat!” pikirku. “Siapa ya? Jangan-jangan pa-ma! Ngapain mereka balik lagi?”. Buru-buru aku buka pintu, ternyata di depan pintu berdiri seorang cowok keren. Rupanya Mas Andi pacar Mbak Sari dari Bandung. “Halo Ulfa sayang, Mbak Sarinya ada?” “Wah baru tadi pagi ke Jakarta. Emang nggak telpon Mas Andi dulu?” “Waduh nggak tuh. Gimana nih mo ngasi surprise malah kaget sendiri.” “Telpon aja HP-nya Mas, kali aja mau balik” usulku sekenanya. Padahal aku berharap sebaliknya, soalnya terus terang aku diem-diem aku juga naksir Mas Andi. Mas Andi menyetujui usulku. Ternyata Mbak Sari cuman ngomong supaya nginep dulu, besok baru balik ke Bandung, sekalian ketemu disana. Hura! Hatiku bersorak, berarti ada kesempatan nih. Aku mempersilakan Mas Andi mandi. Setelah mandi kami makan malam bareng. Aku perhatiin tampang dan bodi Mas Andi yang keren, kubayangkan Mas Andi sedang telanjang sambil memperlihatkan “tongkat kastinya”. Nggak sulit untuk ngebayangin karena aku kan pernah ngintip Mas Andi ama Mbak Sari lagi ml. Rasanya aku pengen banget ngerasain penis masuk ke vaginaku, abis keliatannya enak banget tuh. “Ada apa Ulfa, Kok ngelamun, mikirin pacar ya?” tanyanya tiba-tiba. “Ah, enggak Mas, Ulfa bobo dulu ya ngantuk nih!” ujarku salting. “Mas Andi nonton TV aja nggak papa kan?” “Nggak papa kok, kalo ngantuk tidur aja duluan!” Aku beranjak masuk kamar.

Setelah menutup kintu kamar aku bercermin. Bajuku juga kulepas semua. Wajahku cantik manis, kulitku sawo matang tapi bersih dan mulus. Tinggi 165 cm. Badanku sintal dan kencang karena aku rajin senam dan berenang, apalagi ditunjang toketku yang 36B membuatku tampak sexy. Jembutku tumbuh lebat menghiasi vaginaku yang indah. Aku tersenyum sendiri kemudian memakai kaos yang longgar dan tipis sehingga meninjolkan kedua puting susuku, bahkan jembutku tampak menerawang. Aku merebahkan diriku di atas kasur dan mencoba memejamkan mata, tapi entah kenapa aku susah sekali tidur.

Sampai kemudian aku mendengar suara rintihan dari ruang tengah. Aneh! Suara siapa malam-malam begini? Astaga! Aku baru inget, itu pasti suara dari VCD porno yang lupa aku keluarin tadi, apa Mas Andi menyetelnya? Penasaran, akupun bangkit kemudian perlahan-lahan keluar. Sesampainya di ruang tengah, deg!! Aku melihat pemandangan yang mendebarkan, Mas Andi di depan TV sedang menonton bokep sambil ngeluarin penisnya dan mengelusnya sendiri. Wah.. batangnya tampak kekar banget. Aku berpura-pura batuk dengan tampang seolah-olah mengantuk aku mendekati Mas Andi. Mas Andi tampak kaget mendengar batukku lalu cepat-cepat memasukkan penisnya ke dalam kolornya lagi, tapi kolornya nggak bisa menyembunyikan tonjolan tongkatnya itu. “Eh, Ulfa anu, eh belum tidur ya?” Mas Andi tampak salting, kemudian dia hendak mematikan VCD player.” Iya nih Mas, gerah eh nggak usah dimatiin, nonton berdua aja yuk!” ujarku sambil menggeliat sehingga menonjolkan pepaya bangkokku. “Oh iya deh.” Kamipun lalu duduk di karpet sambil menonton. Aku mengambil posisi bersila sehingga bawukku mengintip keluar dengan indahnya. “Mas, gimana sih rasanya bersetubuh?” tanyaku tiba-tiba. “Eh kok tau-tau nanya gitu sih?” Mas Andi agak kaget mendengar pertanyaanku, soalnya saat itu matanya asyik mencuri pandang ke arah selakanganku. Aku semakin memanaskan aksiku, sengaja kakiku kubuka lebih lebar sehingga vaginaku semakin terlihat jelas. “Alaa nggak usah gitu! Aku kan pernah ngintip Mas sama Mbak Sari lagi gituan.. nggak papa kok, rahasia terjaga!” “Oya? He he he yaa.. enak sih.” Mas Andi tersipu mendengar ledekanku. Akupun melanjutkan, “Mas, vaginaku sama punya Mbak Sari lebih indah mana?” tanyaku sambil mengangkat kaosku dan mengangkangkan kakiku lebar-lebar so bawukkupun terpampang jelas. “Ehh glek bagusan punyamu.” “Terus kalo toketnya montokan mana?” kali ini aku mencopot kaosku sehingga payudara dan tubuhku yang montok itu telanjang tanpa sehelai benang yang menutupi. “Aaanu.. lebih montok dan kencengan tetekmu!” Mas Andi tampak melotot menyaksikan bodiku yang sexy. Hal itu malah membuat aku semakin terangsang. “Sekarang giliran aku liat punya Mas Andi!” Karena sudah sangat bernafsu aku menerkam Mas Andi. Kucopoti seluruh pakaiannya sehingga dia bugil.

Aku terpesona melihat tubuh bugil Mas Andi dari dekat. Badannya agak langsing tapi sexy. penisnya sudah mengacung tegar membuat jantungku berdebar cepat. Entah kenapa, kalo dulu ngebayangin bentuk burung cowok aja rasanya jijik tapi ternyata sekarang malah membuat darahku berdesir. “Wah gede banget! Aku isep ya Mas!” Tanpa menunggu persetujuannya aku langsung mengocok, menjilat dan mengulum batang kemaluannya yang gede dan panjang itu seperti yang aku tonton di BF. “Slurp Slurp Slurpmmh! Slurp Slurp Slurp mmh.” Ternyata nikmat sekali mengisap penis. Aku jepit penisnya dengan kedua susuku kemudian aku gosok-gosokin, hmm nikmat banget! Mas Andi akhirnya tak kuat menahan nafsu. Didorongnya tubuh sintalku hingga terlentang lalu diterkamnya aku dengan ciuman-ciuman ganasnya. Tangannya tidak tinggal diam ikut bekerja meremas-remas kelapa gadingku. “Ahh mmh.. yesh uuh.. enak mas” Aku benar-benar merasakan sensasi luar biasa.

Sesaat kemudian mulutnya menjilati kedua putingku sambil sesekali diisap dengan kuat. “Auwh geli nikmat aah ouw!” Aku menggelinjang kegelian tapi tanganku justru menekan-nekan kepalanya agar lebih kuat lagi mengisap pentilku. Sejurus kemudian lidahnya turun ke vaginaku. Tangannya menyibakkan jembutku yang rimbun itu lalu membuka vaginaku lebar-lebar sehingga klitorisku menonjol keluar kemudian dijilatinya dengan rakus sambil sesekali menggigit kecil atau dihisap dengan kuat. “Yesh.. uuhh.. enak mas.. terus!” jeritku. “Slurp Slurp, vaginamu gurih banget Ulfa mmh”. Mas Andi terus menjilati vaginaku sampai akhirnya aku nggak tahan lagi. “Mas.. ayo.. masukin penismu.. aku nggak tahan..” Mas Andi lalu mengambil posisi 1/2 duduk, diacungkannya penisnya dengan gagah ke arah lubang vaginaku. Aku mengangkangkan kakiku lebar-lebar siap menerima serangan rudalnya.

Pelan-pelan dimasukkannya batang rudal itu ke dalam vaginaku. “Aauw sakit Mas pelan-pelan akh..” Walaupun sudah basah, tapi vaginaku masih sangat sempit karena aku masih perawan. “Au.. sakit” Mas Andi tampak merem menahan nikmat, tentu saja dibandingkan Mbak Sari tempikku jauh lebih menggigit. Lalu dengan satu sentakan kuat sang rudal berhasil menancapkan diri di lubang kenikmatanku sampai menyentuh dasarnya. “Au.. sakit..” Aku melonjakkan pantatku karena kesakitan. Kurasakan darah hangat mengalir di pahaku, persetan! Sudah kepalang tanggung, aku ingin ngerasain nikmatnya bercinta. Sesaat kemudian Mas Andi memompa pantatnya maju mundur. “Jrebb! Jrebb! Jrubb! Crubb!” “Aakh! Aakh! Auw!” Aku menjerit-jerit kesakitan, tapi lama-lama rasa perih itu berubah menjadi nikmat yang luar biasa. vaginaku serasa dibongkar oleh tongkat kasti yang kekar itu. “Ooh.. lebih keras, lebih cepat” Jerit kesakitanku berubah menjadi jerit kenikmatan.

Keringat kami bercucuran menambah semangat gelora birahi kami. Tapi Mas Andi malah mencabut penisnya dan tersenyum padaku. cerita sex selingkuh bisa anda baca di ceritaserudewasa.info Aku jadi nggak sabar lalu bangkit dan mendorongnya hingga telentang. Kakiku kukangkangkan tepat di atas penisnya, dengan birahi yang memuncak kutancapkan batang bazooka itu ke dalam bawukku, “Jrebb.. Ooh..” aku menjerit keenakan, lalu dengan semangat 45 aku menaik turunkan pantatku sambil sesekali aku goyangkan pinggulku. “Ouwh.. enak banget tempikmu nggigit banget sayang.. penisku serasa diperas” “Uggh.. yes.. uuh.. auwww.. penismu juga hebaat, bawukku serasa dibor” Aku menghujamkan pantatku berkali-kali dengan irama sangat cepat.

Aku merasa semakin melayang. Bagaikan kesetanan aku menjerit-jerit seperti kesurupan. Akhirnya setelah setengah jam kami bergumul, aku merasa seluruh sel tubuhku berkumpul menjadi satu dan dan “Aah mau orgasme Mas..” Aku memeluk erat-erat tubuh atletisnya sampai Mas Andi merasa sesak karena desakan susuku yang montok itu. “Kamu sudah sayang? OK sekarang giliran aku!” Aku mencabut vaginaku lalu Mas Andi duduk di sofa sambil mememerkan ‘tiang listriknya’. Aku bersimpuh dihadapannya dengan lututku sebagai tumpuan. Kuraih penis besar itu, kukocok dengan lembut. Kujilati dengan sangat telaten. Makin lama makin cepat sambil sesekali aku isap dengan kuat. “Crupp.. slurp.. mmh..” “Oh yes.. kocok yang kuat sayang!” Mas Andi mengerang-erang keenakan, tangannya meremas-remas rambutku dan kedua bola basket yang menggantung di dadaku. Aku semakin bernafsu mengulum. Menjilati dan mengocok penisnya. “Crupp crupp slurp!” “Ooh yes.. terus sayang yes.. aku hampir keluar sayang!” Aku semakin bersemangat ngerjain penis big size itu. Makin lama makin cepat cepat cepat, lalu lalu “Croot.. croot..” Penisnya menyemburkan sperma banyak sekali sehingga membasahi rambut wajah, tetek dan hampir seluruh tubuhku. Aku usap dan aku jilati semua maninya sampai licin tak tersisa, lalu aku isap penisnya dengan kuat supaya sisa maninya dapat kurasakan dan kutelan. Akhirnya kami berdua tergeletak lemas diatas karpet dengan tubuh bugil bersimbah keringat. Malam itu kami mengulanginya hingga 4 kali dan kemudian tidur berpelukan dengan tubuh telanjang. Sungguh pengalaman yang sangat mengesankan...HALAMAN BERIKUT

Kamis, 12 Agustus 2021

cerita dewasa 18+

 Bercinta Dengan Teman Kost Yang Sangat Cantik


Meskipun tinggal di Jakarta dan digaji besar, aku lebih suka tinggal di perkampungan. Kosku berada di wilayah Jakarta Selatan dekat perbatasan Tangerang. Lokasinya yang nyaman dan tenang, jau dari hiruk pikuk kota, membuatku betah tinggal lama disini sejak tahun 2002. Sudah 7 tahun lebih aku belum pernah pindah.

Tetangga-tetangga pun heran mengapa aku betah tinggal disitu padahal bu kostku terkenal orangnya kolot dan masih memegang tradisi lama. Orangnyapun alim dan tidak suka anak kostnya berbuat macam-macam dan kalau ketahuan sudah pasti diusir dari rumah kostnya. Rumah kostku 2 lantai yang disewakan hanya 5 kamar dengan ukuran sedang dan kostnya baik untuk putra maupun putri, yang masih single maupun yang sudah berkeluarga.

Kamar mandi untuk anak kost disedakan ada 2 didalam rumah satu dan yang diluar juga ada. Ibu koskupun tinggal disitu cuman tinggal di kamar sebelah dalam bersama anak semata wayangnya Mas Rano. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2005, Rumah kost hanya terisi dua satu untukku dan sebelahnya lagi keluarga Mas Tarno berasal dari Yogyakarta.

Mas Tarno umurnya 2 tahun diatasku jadi waktu itu sekitar 26 tahun. Istrinya bernama Firda seumuran denganku. Firda orangnya manis putih tinggi sekitar 165 cm ukuran payudara sekitar 34-an. Mereka sudah dikaruniai satu orang anak masih berumur 2 tahun bernama Rara. Mas Tarno orangnya penggangguran.

Jadi untuk keperluan, Firda-lah yang bekerja dari pagi sampai malam di sebuah Supermarket terkenal (supermarket ini sering dikenai sanksi oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha lho!!!….hayo tebak siapa bisa..hahahaha….) sebagai SPG sebuah produk susu untuk balita. Karena keperluannya yang begitu banyak, Firda (menurut pengakuannya) sampai meminta pihak manajemen untuk bisa bekerja 2 shift.

Tentunya keluarga macam ini sering cek-cok. Firda mengganggap Mas Tarno orangnya pemalas bisanya hanya minta duit untuk beli rokok. Padahal jerih payah Firda seharusnya untuk beli susu buat Rara putrinya. Mas Tarno pun sering membalas omelan-omelan Firda dengan tamparan dan tendangan bahkan dilakukan didepan anaknya.

Aku sendiri tidak betah melihat pertengkaran itu. Suatu saat, Mas Tarno dapat pekerjaan sebagai ABK dan tentunya harus meninggalkan keluarganya dalam waktu yang cukup lama. Firda senangnya bukan main mendengarnya. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Pada malam itu, aku ngobrol dengan Firda dikamarnya sambil nonton TV.

Si Rara muter-muter sambil bermain maklum umur segitu masih lucu-cucunya. “Sekarang sepi ya, Nit….nggak ada Mas Tarno.” kataku “Lebih baik gini, Ted. Enakan kalo Mas Tarno nggak ada.” Keluh Firda kepadaku. “Emangnya Kenapa?” tannyaku. “Mas Tarno tuh kerja nggak kerja tetep nyusahin. wajar khan kalo aku minta duit ke Mas Tarno? Aku khan istrinya. Eh, Dianya marah-marah. Besoknya aku diomelin juga ama ibu mertuaku. Katanya aku nggak boleh minta duitnya dulu biar bisa buat nabung. Gombal!!! Aku nggak percaya Mas Tarno bisa nabung!!!” Dia jawab dengan marah-marah. “Sabar ya…” Aku mencoba untuk menenangkannya apalagi Rara dah minta bobo’. “Seandainya Mas Tedy yang jadi suamiku mungkin aku tidak akan merana. Mas Tedy dah dapat pekerjaan tetap dan digaji besar sedangkan suamiku, Mas Tarno hanya pekerja kasar di kapal itupun baru sebulan sebelumnya penggangguran.” Keluhnya. “Udah…jangan berandai-andai….biarkan hidup mengalir saja.” Jawabku sekenanya. “Mas, ….. Tiba-tiba Firda duduk disebelahku mengapit tangganku dan menyandarkan kepalanya. Aku sungguh terkejut.

Aku tahu Firda butuh kasih sayang, butuh belaian, butuh perhatian. Bukan tendangan dan tamparan. Aku balas dia dengan pelukan di bahunya. Sayang sekali WaFirda semanis Firda disia-siakan oleh laki-laki. Tapi Aku juga laki-laki normal punya nafsu terhadap waFirda. Justru inilah kesempatanku untuk mengerjai Firda apalagi ibu kostku menjengguk keluarganya di Surabaya selama seminggu dan baru berangkat kemarin malam dan Mas Rano dapat jatah kerja Shift malam di sebuah Mall. Yuhuyyy…akhirnya kesempatan itu tiba!!!

Kutoleh Firda yang saat itu sedang memakai daster, tanpa basa basi aku langsung merengkuh tubuh Firda yang montok itu kedalam pelukanku dan langsung kucium bibirnya yang tipis itu. Firda memeluk tubuhku erat erat, Firda sangat pandai memainkan lidahnya, terasa hangat sekali ketika lidahnya menyelusup diantara bibirku.

Tanganku asyik meremas susu Firda yang tidak seberapa besar tapi kencang, pentilnya kupelintir membuat Firda memejamkan matanya karena geli. Dengan sigap aku menarik daster Firda, dan seperti biasanya Firda sudah tak mengenakan apa apa dibalik dasternya itu ternyata Firda memang sudah merencanakannya tanpa sepengetahuanku.

Tubuh Firda benar benar aduhai dan merangsang seleraku, tubuhnya semampai, putih dengan susu yang pas dengan ukuran tubuhnya ditambah nonok yang tak berambut mencembung. “Eh gimana kalo si Rara bangun?” tanyaku. “Tenang aja Mas Tedy, Susu yang diminum Rara tadi dah aku campurin CTM.” Jawabnya dengan gaya yang manja.

Benar-benar persiapan yang sempurna. Ketika kubentangkan bibir nonoknya, itilnya yang sebesar biji salak langsung menonjol keluar. ketika kusentuh dengan lidahku, Firda langsung menjerit lirih. Aku langsung mencopot baju dan celanaku sehingga penisku yang sepanjang 12 cm langsung mengangguk angguk bebas.

Ketika kudekatkan penisku ke wajah Firda, dengan sigap pula Firda menggenggamnya dan kemudian mengulumnya. Kulihat bibir Firda yang tebal itu sampai membentuk huruf O karena penisku yang berdiameter 3 cm itu hampir seluruhnya memadati bibir mungilnya, Firda sepertinya sengaja memamerkan kehebatan kulumannya, karena sambil mengulum penisku ia berkali kali melirik kearahku.

Aku hanya dapat menyeringai keenakan dengan servis Firda ini. Mungkin posisiku kurang tepat bagi Firda yang sudah berbaring itu sementara aku sendiri masih berdiri disampingnya, maka Firda melepaskan kulumannya dan menyuruhku berbaring disebelahnya. Setelah aku berbaring dengan agak tergesa gesa Firda merentangkan kedua kakiku dan mulai lagi menjilati bagian peka disekeliling penisku, mulai dari pelirku, terus naik keatas sampai keliang kencingku semuanya dijilatinya, bahkan Firda dengan telaten menjilati liang duburku yang membuat aku benar benar blingsatan.>>>SELANJUTNYA<<<

Rabu, 11 Agustus 2021

cerita panas 18+

 Becinta Dengan Teman Kampus Cantik Di Kontrakan ku


Pertandingan Liga Italia memang berbeda dengan Liga Inggris. Permainan yang lebih lambat kadang membuat penonton bosan dan ujung-ujungnya ngantuk. Setengah jam berlalu belum ada peluang emas di pertandingan namun aku mendapatkan peluang emas itu. Dina menyandarkan kepalanya di pundakku. Baru kali ini dia bertingkah seperti itu. Aku memperhatikan wajahnya yang memang mulai mengantuk, matanya sayu. “Dina pindah kamar gih, tidur di dalam aja”, kataku sambil dengan sopan memegang tangannya. “Iya Fer. Pertandingannya beneran bikin ngantuk”, jawabnya. Tanganku tidak di tepis olehnya. Dina beranjak dari duduknya dengan tetap memegang tanganku. “Temenin yuk Fer”, pintanya, sedikit memaksa. “Eh,..seriusan? Gak pa-pa?”, aku tidak percaya. Dina menarikku menuju kamarku sendiri. Lantas dia merebahkan tubuhnya di sisi kasur yang dekat tembok. Aku yang masih tidak percaya hanya berdiri. Masih ada sisi luar kasur yang bisa aku pakai. Namun aku tidak berani mengambil inisiatif dengan langsung merebahkan badanku di situ. “Ferry sini aja”, kata Dina sambil menepuk kasur, menunjukkan kalau aku boleh tidur di situ juga. Dina sepertinya paham kalau aku merasa tidak enak sekamar dengan dia walaupun sebenarnya ini adalah kamarku sendiri.

“Kamu kenapa? Takut?”, tanyaku sambil menatap langit-langit kamar. Dina hanya menggangguk dan kemudian terus menatapku yang tidur di kirinya. “Fer…”, panggil Dina. Mata kita langsung saling berpandangan. Dina mendekatkan kepalanya kemudian bibirnya menyentuh bibirku. Ciuman itu terasa hangat dan lembab.
“Kenapa Din?”, aku sebenarnya agak kaget dan langsung bertanya ketika mulut kita berhenti berciuman.
“Efek nonton film tadi Fer, pas adegan romantisnya jadi pengen”, jawab Dina sambil merapatkan badannya. Aku tersenyum mendengar itu.
“Efek kelamaan jomblo juga yah?”, sindirku.
“Ihhh…Ferryyy…”, Dina memukul tanganku. Kemudian aku mencium bibirnya. Kali ini tidak seperti yang tadi, lebih lama dan saling menyedot.

Aku mulai meraba dada Dina yang dari tadi udah menempel di lenganku. Masih terbungkus bra tapi sudah terasa empuk.
“Uuuhhh…”, suara itu keluar dari sela-sela mulut Dina. Dia juga tidak mau kalah meraba bagian selangkanganku. Kita udah sama-sama makin bernafsu. Kaos yang kita kenakan sudah tergeletak disamping kasur. Dina kemudian membuka bra nya sendiri.

“Woow…”, aku bergumam melihat payudara yang tergantung bebas didepan mata. Tanpa menunggu lama, aku meremas dengan lembut kedua payudara Dina yang memiliki putting mungil berwarna coklat itu.
“Aaaahhh…Feeerrr…”, Dina mendesah. Aku menjiliat puttingnya yang kanan sambil memintir puttingnya yang sebelah kiri.
“Teruuus Feeerr…enaaaak…”, Dina mulai mendesah sambil mengacak-acak rambutku. Kemudian tangannya mencoba meraih penisku.
“Uuuhhh..enak Diiinn…”, lembut banget tangan Dina. Aku masih tetep meremas payudara Dina. Tapi setelah itu, aku mencoba membuka celana dalam Dina.
“Boleh dibuka Din?”.
Dina menghentikan kocokannya dan melihatku.
“Takut Fer…”,
“Kenapa? Kamu masih perawan?”, aku penasaran.
“Sebenernya dulu sering kayak gini sama pacar aku, cuma gak sampai dimasukin. Biasanya digesek-gesekin aja, petting doang”, jelas Dina. Kemudian dia mencium pipiku. “Gak pa-pa kan Fer kalo cuma digesekin?”, tanya Dina. Bagai mendapat durian runtuh, aku tersenyum dan mengangguk. Dina lantas melepas sendiri celana dalamnya. Aku melihat bentuk vagina yang indah dengan rambut yang tidak begitu lebat. Bagian klitorisnya masih tertutup rapat.
“Dina 69 yuk”,
“Ayo aja…”.

Dina beranjak berdiri dan menindih badanku. Setelah mengatur posisi supaya nyaman, aku melenguh duluan. “Uuuuhhhhh… Dinaaaa…”, Dina sudah melahap penisku bagaikan es krim. Penisku terasa hangat di dalam mulutnya. Tangan kiri Dina juga mengocok penisku. Variasi blowjob yang dilakukan Dina membuatku sedikit lupa kalau di depan mukaku terdapat vaginanya. Tidak mau kalah, akhirnya aku mulai memainkan jari-jariku di vagina Dina. Kubuka bagian klitoris yang masih tertutup rapat dan ketika sudah terlihat daging kecil menonjol itu lantas ku elus pelan. “Aaahhhh…”, suara lenguhan Dina tiba-tiba terdengar. Tidak berhenti sampai di situ, aku mulai menjilati vaginanya. Desahan Dina makin menjadi-jadi. Selain menjilat terkadang aku menyedot dan memasukkan lidahku ke dalam vaginanya. Akhirnya vagina Dina semakin basah, tidak hanya karena ludahku tapi juga cairannya mulai keluar.>>>SELANJUTNYA<<<

Selasa, 10 Agustus 2021

cerita dewasa paling hot

 Sensasi Bercinta Dengan Pembantu Cantik Dirumah

Kisah ini terjadi ketika keluarga gw membutuhkan seorang pembantu lagi. Kebetulan saat itu mbak Dian menganjurkan agar keponakannya Rini yang bekerja disini, membantu keluarga ini. Mungkin menurut ortu gw dari pada susah susah cari kesana kesini, gak pa pa lah menerima tawaran Dian ini.

Lagian dia juga sudah cukup lama berkerja pada keluarga ini. Mungkin malah menjadi pembantu kepercayaan keluarga kami ini. Akhirnya ortu menyetujui atas penawaran ini dan mengijinkan keponakannya untuk datang ke Jakarta dan tinggal bersama dalam keluarga ini.

Didalam pikiran gw gak ada hal yang akan menarik perhatian gw kalau melihat keponakannya. “Paling paling anaknya hitam, gendut, trus jorok. Mendingan sama bibinya aja lebih enak kemutannya.” Pikir gw dalam hati.

Sebelum kedatangan keponakannya yang bernama Rini, hampir setiap malam kalau anggota keluarga gw sudah tidur lelap. Maka pelan pelan gw ke kamar belakang yang memang di sediakan keluarga untuk kamar tidur pembantu.

Pelan pelan namun pasti gw buka pintu kamarnya, yang memang gw tahu mbak Dian gak pernah kunci pintu kamarnya semenjak kejadian itu. Ternyata mbak Dian tidur dengan kaki mengangkang seperti wanita yang ingin melahirkan.

Bagaimanapun juga setiap gw liat selangkangannya yang di halus gak di tumbuhi sehelai rambutpun juga. Bentuknya gemuk montok, dengan sedikit daging kecil yang sering disebut klitoris sedikit mencuat antara belahan vagina yang montok mengiurkan kejantanan gw.

Perlahan lahan gw usap permukaan vagina mbak Dian yang montok itu, sekali kali gw sisipin jari tengah gw tepat ditengah vaginanya dan gw gesek gesekan hingga terkadang menyentuh klitorisnya. Desahan demi desahan akhirnya menyadarkan mbak Dian dari tidurnya yang lelap.

“mmmm….sssshh…..oooohh, Donn… kok gak bangun mbak sih. Padahal mbak dari tadi tungguin kamu, sampai mbak ketiduran.” Ucap mbak Dian sama gw setelah sadar bahwa vaginanya disodok sodok jari nakal gw. Tapi mbak Dian gak mau kalah, tanpa diminta mbak Dian tahu apa yang gw paling suka.

Dengan sigap dia menurunkan celana pendek serta celana dalam gue hingga dengkul, karena kejantanan gw sudah mengeras dan menegang dari tadi. Mbak Dian langsung mengenggam batang kejantanan gw yang paling ia kagumi semenjak kejadian waktu itu.

Dijilat jilat dengan sangat lembut kepala kejantanan gw, seakan memanjakan kejantanan gw yang nantinya akan memberikan kenikmatan yang sebentar lagi ia rasakan. Tak sesenti pun kejantanan gw yang gak tersapu oleh lidahnya yang mahir itu.

Dikemut kemut kantong pelir gw dengan gemasnya yang terkadang menimbulkan bunyi bunyi “plok.. plok”. Mbak Dian pun gak sungkan sungkan menjilat lubang dubur gw. Kenikmatan yang mbak Dian berikan sangat diluar perkiraan gw malam itu.

“Mbak….uuuh. enak banget mbak. Trus mbak nikmatin kont*l saya mbak.” Guyam gw yang udah dilanda kenikmatan yang sekarang menjalar.

Semakin ganas mbak Dian menghisap kont*l gw yang masuk keluar mulutnya, ke kanan kiri sisi mulutnya yang mengesek susunan giginya. Kenikmatan yang terasa sangat gak bisa gw ceritain, ngilu. Hingga akhirnya pangkal unjung kont*l gw terasa ingin keluar.

“Mbak… Donny mau keluar nih…” sambil gw tahan kont*l gw didalam mulutnya, akhirnya gw muncratin semua sperma didalam mulut mungil mbak Dian yang berbibir tipis itu.>>>HALAMAN 2<<<

Minggu, 08 Agustus 2021

Sensasi Bercinta Dengan Ibu Dosen Muda Yang Cantik



Pagi ini aku kuliah dengan salah seorang dosen perempuan muda, kutaksir umurnya kira-kira 26 tahun, ia adalah bu rida, akhwat jilbab lebar, belum menikah karena belum ada yang cocok katanya, Awal ia mengajar di kelasku, ia tidak terlalu menarik perhatianku karena tubuhnya yang selalu tertutupi jilbab dan gamis panjangnya, namun makin kesini aku memiliki fantasi tersendiri yaitu bisa nikmatin tubuhnya.

Aku berpikir bagaiman caranya ya supaya bisa nikmatin tubuh beliau ini, aku mendapatkan ide untuk memasang kamera pengintai yang menyorot meja beliau, walaupun ndak dapat bukti aneh-aneh tapi setidaknya dapat melihat wajahnya yang selalu ndak mau kalau difoto, siang ini aku lalu melancarkan rencana tersebut, keesokan harinya aku mengambil rekaman tersebut dan aku melihat dosen yang kumaksud sedang masturbasi menggunakan sebuah dildo dengan berpakaian lengkap di meja kerjanya

Melihat hasil rekaman tersebut, aku menunggu hingga sore hari dengan maksud untuk menggrebek beliau, saat ruang dosen telah sepi, aku masuk diam-diam tanpa suara,dan benar saja terdengar desahan kecil “uhh..sshh”, kudekati meja beliau, saat akan mendekat, kuberkata “masih ada orang?”, “hhmm..masih” ucapnya sedikit gelagapan, “oh bu rida, belum pulang bu?” Tanyaku, “hhmm belum nih ri” jawabnya mendesah kecil, kulihat dari raut wajahnya terlihat bahwa ia sedang horny berat, kedua tangannya tetap di bawah meja, “ibu kok keringatan? Ini ruangan AC loh” tanyaku, “eee…tadi…anu…” dia terlihat panik, “anu apa bu?” Tanyaku, “itu…saya lagi beresin buku-buku disini” ucapnya, kulihat rapi saja meja beliau.

Kudekati beliau, “mau ngapain kamu?” Ucapnya sedikit kaget, kuperlihatkan video yang telah kurekam ke beliau, beliau terlihat pucat pasi, “kamu merekam saya?! Mau apa kamu!” Teriaknya, “jangan marah-marah ah bu, diam-diam akhwat kayak ibu gini punya nafsu besar juga ya” jawabku santai, “jangan kurang ajar ya kamu!” Amuknya lagi, “ibu puasin saya atau video ini saya sebar supaya banyak mahasiswa lain bisa perkosa ibu?” Tanyaku dengan santai, dia kaget dan tersandar lemas di kursi kerjanya, “ibu mohon jangan begitu ri, tolong yaa” pintanya, “boleh ndak saya sebar tapi ibu harus turutin saya” ucapku seraya membuka celana panjang dan cdku, terpampang kontolku yang sudah setengah tegang, ia memalingkan wajahnya dan berteriak kecil “aih!”

“eleh..sok sok buang muka, ini lebih gede loh dari kontol-kontolan yang ibu pakai di video itu” ucapku dengan santai, terdengar tangisan kecil, “sudah jangan nangis” ucapku, kutarik tangannya yang selama ini belum disentuh lelaki pikirku karena sangat lembut ke arah kontolku,kupinta ia menggenggam kontolku dan mengocok pelan, tangannya menggigil, namun nurut mengocok, “sudah jangan nangis sini liat aja” ucapku sambil memegang kepalanya untuk menoleh melihat kontolku, terlihat matanya berkaca-kaca, kudorong kontolku ke bibir kecilnya yang seksi itu, “buka dan sepong kontol ari bu” ucapku, dia tetap menutup mulutnya, aku menjepit keras hidungnya sehingga ia kesulitan bernafas dan membuka mulutnya, dengan sigap ku masukkan kontolku ke mulutnya dan kuhentakkan dengan kasar

“ohok…ohok” bu rida terbatuk-batuk, “kalau saya gak mau kasar, nih hisap aja!” Bentakku, melihat aku membentak,ia mulai mencoba menyedot-nyedot palkonku dan memaju mundurkan kepalanya, aku lekas mengambil kamera yang tergeletak di meja beliau dan merekam aktifitas beliau nyepongin kontolku, “bu rida, cheese!” Ucapku, ia menatapku dan hendak marah karena ia sadar aku merekamnya, namun kutahan kepalanya dengan tanganku, “hhmm..ehhmm..” suaranya tertahan, kuletakkan kamera tersebut di meja beliau lagi, kuraba toketnya dari luar gamis biru tua yang ia gunakan hari ini, ia kembali memelototiku, aku mengabaikannya dan mulai meremas toketnya, “hhmm..hhmm..” desah kecilnya.>>>SELANJUTNYA<<<

Jumat, 06 Agustus 2021

 Nikmat nya Bercinta Dengan Anak Ibu Kost Yang Masih Virgin

 Pertama kali gue ngeliat dia, jantung gue langsung berdesir karena doi manis banget. “iya, kosan yang disebelah ada kok kak, tapi Cuma satu kamar.” Begitu suaranya ramah ketika pertama kali gue komunikasi sama doi. Ibu kosnya juga baik. Namun ibu kos nya yang berprofesi pedagang di Sleman belum pulang. Rina mengatakan kalau ibu dan bapaknya berdagang pergi pagi pulang malam.

Akhirnya sore besoknya gue mutusin untuk ngambil kamar kosan yang bersebelahan langsung dengan rumah ibu Kosnya. Walau tinggal terpencil jauh dari temen2, gak masalah lah.. yang penting gue bisa dapetin nih si bidadari khayangan. Malam itu gue udah ready untuk tinggal di kosan baru gue.

Begitu keluar, ehh.. ternyata gebetan gue Rina lagi telponan diluar sambil duduk santai di teras rumahnya. “wah.. kesempatan buat pdkt nih..” dalam hati gue. Setelah nungguin dia selesai telponan lumayan lama, akhirnya gue keluar kamar dan samperin doi. “Hai.. lagi ngapain?” sapa gue sambil melempar senyum. “Eh, lagi santai aja kak.” Balasnya membalas senyum gue.

“Telponan sama siapa?” “Sama pacar kak” jawabnya. Plaaakk.. gue serasa kena tampar. Ternyata doi udah punya pacar. Habis deh! Namun, pembicaraan tetap berlanjut. Walau Rina sudah punya pacar, gue tetap pengen akrab sama dia. Siapa tau ntar dia putus, siapa tau ntar dia bosen sama pacarnya.. Siapa tau.. siapa tau.. gue menghibur diri.

Gue perhatikan wajah manis Rina. Bener-bener wajah bidadari! Kulitnya halus tanpa jerawat. Ternyata ada tai lalat mungil di pipinya. “Kak kok ngeliatin Rina gitu sih?” tanya Rina risih. Gue tersadar. “Ehh.. gak. Ternyata Rina punya tai lalat di pipi yah?” tanya gue.

“Orang yang punya tai lalat di pipi itu beruntung lho..” ucap gue keumudian. “Emang kenapa kak?” tanya nya penasaran. “Iyalah beruntung! untung aja tai lalat, kalo tai kebo gimana coba?” seloroh gue. Rina langsung ketawa. Manis banget ngeliat dia ketawa.

Akhirnya malam itu gue berhasil ngobrol panjang lebar dan ketawa ketiwi bareng Rina. Bahkan setelah cerita tai lalat itu, rina bahkan nunjukin kalau dia punya tanda lahir di lengannya. “Mana mungkin itu tanda lahir! Itu tatto tuh!” gue langsung aja nuduh.

“Sumpah kak ini tanda lahir!” balasnya. “Gak percaya! Pasti kamu orangnya tattoan yah! Harus diperiksa nih!” tuduh gue. Dia malah tertawa cekikikan. Gue senang.. Paginya, gue sempetin dulu olahraga pagi. Angkat barbel dan push up ringan sudah jadi rutinitas pagi buat gue.

Punya badan atletis dan berotot memang kharakteristik gue. Alah.. Tiba-tiba gue denger suara cebar-cebur dari kamar mandi. Gue selidiki asal suara tersebut, ternyata persis bersebelahan dengan dinding disebelah kamar gue. Ternyata disebelahnya kamar mandi! Gue coba dengerin suara gemercik air tersebut.

Ternyata suara berikutnya adalah lantunan nyanyian seorang gadis. Tidak salah lagi, itu suara Rina! Gue begitu menikmati suara nyanyiannya. Merdu banget! Akhirnya timbul pikiran kotor gue. Dinding tembok yang sebenarnya tidak terlalu tinggi itu bisa gue panjat! Akhirnya dengan secepat kilat, otak gue berfikir keras.

Bagaimana caranya untuk memanjat dinding yang tingginya dua setengah meter ini. Setelah yakin orang tua Rina sudah berangkat pergi berdagang dan Rina pasti sendirian di rumah, gue nekat untuk ngintipin Rina mandi. Dengan bantuan kursi, akhirnya gue bisa mencapai ujung tembok paling atas.

Pelan-pelan gue angkat kepala untuk melihat pemandangan disebelah sana. Ternyata benar! Rina sedang mandi sambil bernyanyi. Rina dengan wajah manis itu ternyata punya tubuh yang sangat seksi. Dari ujung rambut hingga ujung kakinya dapat gue liat secara jelas.

Payudaranya yang montok bergelantungan. Kulitnya putihnya yang dibalut busa-busa sabun. Hingga rambut-rambut halus yang tumbuh didaerah kemaluannya dapat terlihat jelas. Hal itu tanpa sadar sudah membuat batang kemaluan gue langsung mengeras.

Rina masih asyik menggosok-gosok bagian tubuhnya dengan sabun. Yang membuat gue gak tahan yaitu terkadang tangannya meremas payudaranya sendiri. Kilauan sabun dari payudaranya yang putih licin oleh sabun membuat gue serasa mau pingsan. Sejurus kemudian, rina membilas sabunnya dengan menimba air. Kulitnya makin terlihat putih bercahaya.

Berikutnya bagian selangkangannya yang dicuci dengan air. Diluar dugaan gue, ternyata Rina mengelus-elus bagian kemaluannya. Awalnya gue berfikir Rina melakukan pembersihan di daerah vaginanya. Ternyata, ia begitu keasyikan mengelus-elus daerah yang berbulu tersebut. >>>HALAMAN 2<<<

Selasa, 03 Agustus 2021

Meniduri Mantan Pacar Adik Ku Sendiri


Ketika aku sedang membersihkan kamarku, aku menemukan foto Dewi, adikku paling kecil, dengan mantan pacarnya ketika SMU yang bernama Herland. Keluargaku dan Herland sudah sangat dekat, bahkan dia sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Tapi sejak Dewi putus darinya dan sudah memiliki pacar baru, Herland mulai jarang main ke rumah.

Tiba-tiba saja aku merasa kangen dengan Herland karena sudah jarang bertemu. Aku sempat berpikir kenapa tidak aku undang saja dia main ke rumah. Kemudian aku mengirim SMS ke nomer Herland yang masih aku simpan di HP-ku. Aku sengaja tidak memberitahu Herland kalau seluruh keluargaku sedang tidak ada di rumah. Takut saja kalau Herland nanti merasa segan untuk main ke rumah. Aku sebenarnya berencana mau menjodohkan lagi Dewi dengan Herland agar dapat berpacaran kembali. Siapa tau dengan mengundang Herland ke rumah semuanya akan sesuai dengan rencanaku.

Setelah mengirimkan SMS, aku melanjutkan membersihkan kamarku yang sempat terhenti, sambil menunggu balasan dari Herland. Sesekali aku melihat HP-ku apakah sudah ada balasan darinya atau belum. Namun setelah cukup lama menunggu, ternyata aku belum juga mendapatkan SMS balasan darinya. Sampai akhirnya aku lupa sendiri karena larut dalam pekerjaanku.

Saat sedang membereskan lemari baju di kamar adik laki-lakiku, aku menemukan sekeping DVD tanpa cover. Karena penasaran aku mencoba menyetel DVD tersebut di ruang tengah. Aku terkejut, karena di layar TV sekarang muncul pria dan wanita yang sedang saling mencumbu. Pertama mereka saling berciuman, kemudian satu persatu pakaian yang melekat mereka lepas. Si pria mulai menciumi leher sang wanita, kemudian turun ke arah payudaranya. Si wanita tampak menggeliat menahan nafsu yang membara.

Badanku gemetar dan jantungku berdegup kencang menyaksikan adegan-adegan panas tersebut. Namun, aku yang tadinya berniat menghentikan film tersebut dan mengembalikan ke tempatnya, memutuskan untuk melanjutkan saja. Di tengah-tengah film, pikiranku menerawang mengingat saat terakhir aku dan teman-teman kampus Dewi menonton DVD seperti itu yang dilanjutkan bersetubuh dengan mereka.

Birahiku tiba-tiba saja semakin tinggi. Aku memang sudah seminggu ini tidak melakukan seks dengan adik laki-lakiku, padahal hal tersebut sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi kami berdua, sehingga tanpa sadar selama menonton aku pun mulai melakukan masturbasi. Pakaianku sekarang sudah tidak karuan, kaos berwarna hitam beserta bra milikku, sudah terangkat hingga di atas payudara. Kemudian kuelus-elus payudaraku sambil sesekali aku remas perlahan. Sungguh nikmat sekali rasanya, apalagi kalau sampai terkena putingnya.

Eeemmph Eeeemmmph, aku merintih-rintih menikmati permainan tanganku sendiri.

Sekarang celana pendekku sudah aku turunkan sampai sebatas mata kaki, lalu aku masukkan tanganku ke balik celana dalam dan langsung menggosok-gosok vaginaku. Sensasinya sungguh luar biasa! Semakin lama aku semakin gencar melakukan masturbasi, rintihanku terdengar semakin keras. Tangan kananku semakin cepat menggosok klitorisku, sementara yang satunya sibuk meremas-remas payudara.

Ooooohh,, Ooooohh, Aaaaaaaaaahh,, desahanku semakin kencang karena sudah hampir mencapai orgasme.

Tok Tok tiba-tiba terdengar pintu depan diketok.

Aduh gawat!! Siapa ya? Apa jangan-jangan Ayah dan Ibu? Tapi mereka kan baru pergi sebentar, pikirku sambil merapihkan kembali posisi celana pendek dan kaosku yang sudah terbuka sana-sini.

Setelah selesai, dengan terburu-buru aku langsung mematikan TV dan DVD player tanpa sempat mengeluarkan piringan DVD-nya terlebih dahulu.

Tok Tok Tok suara ketokan pada pintu depan terdengar semakin kencang.
Iyaa sebentaaar! teriakku sambil berlari kecil menuju pintu depan.

Ketika membuka pintu aku sempat terkejut karena ternyata di depanku ada seseorang yang sudah sangat kukenal, yaitu Herland.

Halo Teteh!! Tadi SMS Herland ya? Maaf ya udah lama nggak main nih katanya dengan ceria.
Kirain Herland nggak bisa datang? Kok nggak jawab SMS Teteh dulu sih? tanyaku.

Cerita Dewasa 18++

  Bercinta Dengan Pembantuku Yang Binal Suatu malam sepulang kerja, Atun seperti biasa membuka pintu dan setelah itu ia biasanya menyiapkan ...